Tuesday, October 25, 2016

RENUNGAN KEMATIAN

Renungan Kematian

Hakikat kematian bagi manusia

Pada hakekatnya kematian itu sebuah peristiwa terpisanya ruh dari jasad. Ruh tidak lagi efektif menjalankan fungsinya untuk menggerakkan tubuh. Begitu pula tubuh tidak lagi patuh terhadap perintah ruh, sebab jasad hanyalah sebuah wadah ruh, maka ketika ruh terlepas, jasad kehilangan fungsinya. Ruh sendiri tidak diketahui eksistensinya. Tapi ada perbedaan antara ruh dan jasad. Jika jasad ditinggalkan ruh, maka jasad menjadi mati dan selamanya menjadi benda tak berarti. Sementara ruh, meskipun ditinggal jasad, ia tetap hidup kekal. Sesungguhnya esensi kehidupan terletak pada ruh, bukan pada jasad.

Banyak di antara kita keliru dalam memahami hakikat kematian. Sebagian menduga, kematian adalah ketiadaan mutlak, tidak ada kehidupan lagi setelah kematian, tidak ada alam kubur, tidak ada kebangkitan dari kubur dan tidak ada kehidupan akhirat. Kematian manusia tak ubahnya seperti kematian hewan atau tumbuhan. Ini merupakan pendapat orang tak beriman.
Sebagian yang lain percaya jika alam mubur itua ada. Mereka mempunyai keyakinan bahwa dialam kubur tidak ada siksa dan tidak ada nikmat pahala, sementara ada pula yang berpendapat bahwa ruh itu kekal tidak akan musnah karena peristiwa kematian. Ruh itu akan menerima siksa maupun nikmat pahala sedangkan jasad tidak ikut merasakannya sama sekali.
Pemahaman dan keyakinan tersebut menurut imam Ghazali adalah salah dan jauh dari kebenaran. Banyak ayat alquran maupun hadis menjelaskan bahwa manusya diciptakan bukan untuk mati, tetapi untuk hidup. Adapun kematian yang dialami hanyalah sebuah proses perubahan keadaan semata; dari kehidupan yang semu, fana dan serba terbatas, menjadi kehidupan yang nyata, kekal dan tanpa batas. Dengan kematian pula manusia akan dikembalikan ke asalnya untukmmendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya . Sebagaimana firman Allah :

Tiap-tiap berjiwa  akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan. (Qs. Al-Ankabut 57)

Tiap-tiap yamg berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhya pada hari kiamat sajalah disempurnahkan pahalamu, barang siapa  dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga. Maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Qs. Ali-Imran 185)

Dari hadis riwayat Abu bakar dan lainnya menerangkan bahwa Rasulullah saw. "Kalian tidak diciptakan bagi  kefanaan, melainkan kalian diciptakan kekekalan, kalian hanya berpinda dari satu alam ke alam yang lain"

Didalam kitab al-'ilal di riwayatkan hadis Imam ash-Shadiq, "Demikian manusia diciotakan dari aspek dunia dan aspek akhirat. Apabila Allah mengumpulkan di antara kedua aspek itu, jadilah itu kehidupan di bumi karena ia turun dari kehidupan langit tirun ke dunia. Apabila Allah memisahkan di antara keduanya, jadilah perpisahan itu kematian yang mengembalikan akhirat ke langit. Hal itu karena kematian memisahkan antara, ruh dan nur(cahaya) dikembalikan kepada al-Quds al-Ula dan meninggalkan jasad karena ia termasuk bagian dunia.

Manusya diciptakan dari dua unsur yang berbeda, yaitu ruh dan jasad. Keduanya memiliki dimensi dan asal usul yang tidak sama. Ketika manusia mati, jasad yang bersifat materi dan asalnya tercipta dari tanah dan di kembalikan lagi ke tanah, sebab jasad merupakan bagian dari dunia. Sementara ruh yang bersifat abstrak adan berasal dari langit, juga dikembalikan ke asalnya, yaitu Al-Quds al-Ula, yang berada dilangit karena memang bagian dari akhirat. Akan tetapi setelah terpiah karena kematian, pada saatnya nanti kedua unsur tersebut akan disatukan kembali untuk menjalani kehidupan berikutnya yaitu kehidupan akhirat.

Apa perbedaan antara orang mukmin dengan orang kafir dalam hal kematian. Muhammad bin Ali berkata: Ditanyakan Ali bin al-Hasan, apakah kematian itu. Ia menjawab "Bagi orang mukmin sepertibdilepasnya pakaian yang kotor, dilepaskannya ikatan dan belenggu yang kuat, dan digantinya pakaian tersebut dengan pakaian yang indah dan wangi, kendaraan yang bagus, dan tempat tinggal yang menyenangkan. Sementara itu, bagi orang kafir kematian adalah seperti dilepaskanya pakaian indah, perpindahan dari tempat tinggal yang menyenangkan, dan digantinya pakaian itu dengan pakaian yang sangat kotor , tempat tingggal yang sunyi dan siksaan yang besar"

Ketika manusya lahir ke dunia, semua dalam keadaan suci. Namun ketika menjalani hidup ia di terpa oleh dhsyatnya badai kehidupan.  Tidak sedikit manusia yang goyah bahkan ada yang tumbang, karena tidak kuat menahan nafsu duniawi. Lalu tercebur dalam lumpur dosa sehingga mereka menjadi kotor. Sebagian dari mereka memang ada yang tahan godaan, ada pula yang menyadari akan kesalahannya, tetapi kebanyakan dari mereka justru semakin tenggelam dalam hanyut terbawa arus nafsu kefuniawian yangbpenuh ddnganbtipu daya.

Bagi orang beriman, kematian berarti menyelamatkan fia dari kehidupan dunia yang penuh dengan kotoran dan kenistaan.melepaskan dia dari belenggu nafsu dan melepaskan dia dari kesengsaraan. Penderitaan yang dialami semasa hidup di dunia akan dibalas dengan kebahagiaan akhirat. Kesabarannya dalam menghadapi godaan nafsu akan diganjar dengan kenikmatan surga. Sedangkan baginorang yang tidak beriman, kematian akan membuatnya lebih sengsara. Kenikmatan dia yang membuatnya lupa kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, akan menjerumuskan dia kedalam siksa api neraka.

Jelaslah pada dasarnya kematian hanyalah sebuah proses pemindahan dari kehidulan dunia yang bersifat sementara menuju kehidupan akhirat yang abadi. Kematian manusia bukanlah akhjr darin segala-galanya. Justru kematian itu adalah permulaan yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki kehidupan fase berikutnya. Sebuah kehidupan selama-lamanya. Jiak demikian halnya, maka kematian semestinya menjadi perhatian utama ketika hidup di dunia. Apapun yang dilakukan manusia semestinya bermuara lada satu tujuan akhir yaitu untuk bekal perjalanan akhirat yang diawali dengan kematian.

Pada umumnya pembicaraan tentang kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Karena manusia ingin hidup lebih lama bahkan 1000 tahun lagi. Al-Qura pun melukiskan keingan sekelompok manusia seperti itu :

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba dalam kehidupan(di dunia) , bahkan (lebih dosa lagi) dari orang-orang musyrik, masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun lagi, padahal umu panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan (Qs. al-Baqara 96)

Dalam ayat lain juga dijelaskan :

Kemudian membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak binasa? (Qs. Thaha 120)

Mengapa manusia enggan mati?

Banyak faktor yang membuat manjsia enggan mati. Keengganan itu bisa saja disebabkan karen ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah kematian. Mungkin juga karena menduga bahwayang dimiliki sekarang lebih baik daripada yang akan di dapati nanti. Sebagian membayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan sesudah mati. Ada pula yang merasa khawatir, merasa prihatin dan memikkrka  keluarga yang ditinggalkan. Sedangkan yang lainnya lagi karena tidak menhetahui makna hidup dan mati, dan lain sebagainya. Semuanya merasa cemas dan takut menghadapi kematian.

Dari sini lahir pandangan-pandangan positif optimistis (manusia yang tenang dan selalu siap bahkan mengharap datangnya kematian) dan pesimistis (manusia yang takut dan tidak mengharapkan sama sekali terhadap datangnya) tentang kematian dan kehidupan. Sebuah pemikiran bagaimana seharusnya kita mengartikan misteri kematian dan bagaimana menyikapinya.

Sekalipun melalui nalar dan pengalamannya, sesungguhnya manusia tidak akan mampu menyingkap hakikat kematian. Kematian itu merupakan salah satu sisi gaib nisbi yang paling besar. Walaupun demikian, setiap kita menyaksikan bagaimana kematian merenggut nyawa, hati kita terdorong untuk mengetahui hakikatnya, paling tidak, ketika akan itu terlintas dalam benak ini bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib yang sama. Lalu timbul suatu keyakinan bahwa kematuan itu ada. Manusia juga menyaksikan kematian tidak memilih waktu dan tempat, tidak pula menangguhkan kehadirannya sampai terpenuhi semua keinginan. Kemudian lahirlah sikap optimis dan selalu mempersiapkan diri untuk menjemput kematian.

Sebalikhya dikalangan sebagian orang, kematian justru menimbulkan kecemasan. Apalagi mereka yang memandang bahwa hidup hanya sekali yakni di dunia ini saja. Sehingga tidak sedikit yang pada akhirnya mempunyai penilaian kehidupan ini sebagai siksaan. Untuk menghindar dari siksaan itu, mereka menganjurkan agar melupakan kematian. Sedapat mungkin mereka juga menghindari segala kecemasan dengan cara melakukan apa saja secara bebas tanpa kendali, demi mewujudkan eksistensi manusia. Mereka beranggapan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu.

Walaupun manusia menyadari bahwa mereka harus mati, namun pada umunya menilI, kematian bagi manusia bukan berarti kepunahan. Keengganan manusia menilai kematian sebagai kepunahan tercermin  antara lain penciptaan berbagai carav untuk menunjukkan eksistensinya. Misalnya, dengan menyediaka kuburan, atau tempatvtempat tersebut yang dikunjuhgi dari waktu ke waktu sebagai manifestasi dari keyakinannya, bahwa yang telah meninggalkan dunia itu tetap masih hidup walaupun jasad mereka telah tiada.

Akhir kehidupan adalah kematian.

Ia merupakan awal  perjalanan menuju kehidupan abadi yang diawali dengan sakaratul maut. Keadaan seseorang ketika tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik maupun buruk yang akan diterimanya tergantung kondisinya saat kematian.

Peristiwa itu menjadi penentu nasib manusia dikehidupan berikutnya. Rasulullah saw. bersabda, " Sesungguhnya amalan itu (bergantung) penutupnya (di akhirnya). "HR. Bukhari dan selainnya.

Oleh sebab itulah, seseorang hamba yang baik akan selalu mengingat kematian dan terus-menerus  betusaha agar ketika ia mati dalam keadaan husnul khatimah. Ia pun melakukan amal shalih tanpa putus, meendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal.

Sumber: Muhammad Khatib

                Rahasia Meraih Husnul Khatimah

                 Penerbit : Mitrapress

1 comment: